Namun tahukah Anda bahwa memaafkan adalah pintu kebahagiaan kita?
Saat
kita menyimpan kemarahan terhadap orang lain, disadari atau tidak, rasa
marah itu sedikit demi sedikit menggerogoti hati kita, memperdalam luka
dan membebani kita dengan perasaan negatif terus-menerus. Padahal,
orang yang menyakiti kita belum tentu mengingat kesalahan yang telah ia
perbuat kepada kita atau merasakan penderitaan yang sama.
Menurut Dr. Frederic Luskin dalam bukunya “Forgive for Good”, memaafkan
memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran, seperti percaya diri dan
harapan serta mengurangi beban kemarahan, stres, dan penderitaan yang
disebabkan olehnya. Secara fisik, kemarahan yang terpendam lama juga
menyebabkan suhu tubuh meningkat dan mempersulit kita berpikir jernih.
Belum lagi gangguan-gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, stroke dan lain sebagainya.
Doa
orang yang terzalimi dekat dengan dikabulkan oleh Allah. Kita pun
memiliki hak untuk membalas orang yang menzalimi kita sesuai apa yang
dilakukannya terhadap kita. Namun, sesungguhnya lebih banyak ketenangan
dan kemuliaan bagi kita ketika kita mau memaafkan. Memaafkan dengan
tulus, lebih dari sekedar kata-kata, memang seringkali terasa sangat
berat, tapi kalau kita berhasil melakukannya, ia akan menyembuhkan kita,
secara fisik dan jiwa. Hati kita akan terasa lebih ringan dan bahagia.
Kita tidak lagi membawa-bawa perasaan negatif atau membiarkan kezaliman
orang lain merusak kebahagiaan kita. Allah pun akan melimpahkan rahmat
dan cinta-Nya serta mengangkat derajat kita.
Dalam Al-Qur’an dan hadis disebutkan:
“Dan
jika kamu melakukan pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan
kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, maka kesabaranmu itu lebih baik
bagimu. Dan hendaklah kamu tabahkan hatimu, dan hendaklah ketabahan
hatimu itu karena berpegang kepada Allah. Jangan pula kamu bersedih hati
terhadap perbuatan mereka. Jangan pula kamu bersesak dada terhadap apa
yang mereka rencanakan.” (QS An Nahl : 126-127).
Jika
kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan
sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi
Maha Kuasa. (QS. An-Nisa: 149).
Rasulullah saw. bersabda, “Maukah aku ceritakan kepadamu tentang sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu?” Para sahabat menjawab, “Tentu.” Rasul bersabda, “Kamu
bersikap sabar (hilm) kepada orang yang membencimu, memaafkan orang
yang berbuat zalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan
menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu.” (HR. Thabrani).
“Ada
tiga hal yang jika dimiliki seseorang, ia akan mendapatkan pemeliharaan
dari Allah, akan dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan Allah akan senantiasa
memasukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapatkan cinta-Nya, yaitu (1) seseorang yang selalu bersyukur manakala mendapat nikmat dari-Nya, (2) seseorang yang mampu meluapkan amarahnya tetapi mampu memberi maaf atas kesalahan orang, (3) seseorang yang apabila sedang marah, dia menghentikan marahnya.” (HR. Hakim).
Memaafkan
tidak harus berarti melupakan, mengabaikan, atau membenarkan perbuatan
orang lain yang menzalimi kita. Hanya saja, kita melepaskan perasaan
negatif berkaitan dengan perbuatan tersebut, sehingga perbuatan itu
tidak lagi melukai kita ketika kita mengingatnya. Allah swt. Maha Adil,
segala kezaliman yang menimpa diri kita pasti akan mendapat balasan
tanpa luput sedikit pun. Menyimpan dendam dan amarah hanya merugikan
diri kita sendiri. Biarkan orang itu bertanggung jawab atas
perbuatannya, baik di dunia maupun di akhirat, tanpa menyedot
kebahagiaan kita atau merendahkan diri kita menjadi setara dengannya.
Dan
balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa
memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS. Ash-Shura: 40).
Katakanlah
kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang
yang tiada takut hari-hari Allah, karena Dia akan membalas sesuatu kaum
terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian
kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan. (QS. Al-Jatsiyah: 14-15).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar